Akhirnya kita sampailah kepada pokok bahasan yaitu solusi untuk menjadi Muslim dengan status berserah diri (saleh) secara tepat. Dalam konteks spiritual dan teologis, titik tolak sejarah, Hijrah dimaknai sebagai perpindahan fisik, tetapi kemudian sebagai perpindahan fundamental dari satu keadaan ke keadaan lain—dari keadaan kufur/fasik menuju keadaan iman/saleh. Hijrah adalah pengucapan janji yang dikuatkan dengan sumpah.
🚀 Hijrah: Respon Janji untuk Status Muslim yang Saleh
Dalam konteks spiritual, Hijrah adalah manifestasi praktis dari syahadat (kesaksian) yang menuntut pembuktian nyata.
- Hijrah sebagai Pengucapan Janji yang Dikuatkan dengan Sumpah (QS. Al-Qalam [68]: 39)
“Atau apakah kamu mempunyai sumpah-sumpah (janji) yang teguh di sisi Kami yang berlaku sampai Hari Kiamat, bahwasanya kamu berhak memutuskan apa yang kamu kehendaki?”
Penjelasan: Ayat ini, meskipun dalam konteks menantang anggapan orang kafir bahwa mereka akan mendapatkan perlakuan istimewa di akhirat, dapat dihubungkan dengan konsep Hijrah sebagai berikut:
Hijrah adalah janji atau sumpah (ayman) seorang hamba yang beriman untuk meninggalkan kebiasaan, lingkungan, atau sistem yang bertentangan dengan kehendak Allah. Janji ini “dikuatkan dengan sumpah” karena ia memerlukan komitmen total dan perubahan gaya hidup, bukan sekadar ucapan lisan. Ini adalah pembaruan dari Perjanjian Primordial (QS. 7:172) >>( syahadat tauhid ) dan penegasan kesediaan untuk menanggapi seruan rasul (pelanjut pembawa misi risalah) >> Syahadat rasul.
Status Muslim: Melalui Hijrah, janji berserah diri (Islam), itu diubah dari potensi menjadi status aktif, yang memerlukan pengorbanan dan kesungguhan.
🎯 Alasan Utama Melakukan Hijrah
Hijrah dilakukan bukan tanpa alasan, melainkan didorong oleh kesadaran akan tanggung jawab dan konsekuensi spiritual.
- Menghindari Siksa Jahanam (QS. An-Nisa [4]: 97)
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?” Mereka menjawab: “Kami adalah orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah).” Para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?” Orang-orang itu tempatnya di neraka Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.”
Ayat ini menunjukkan bahwa Hijrah (fisik atau spiritual) adalah kewajiban, apalagi jika seseorang tidak mampu melaksanakan syariat Allah di lingkungannya saat ini (tertindas). Alasan utama Hijrah adalah penyelamatan diri dari Jahanam. Kegagalan untuk Hijrah (pindah dari lingkungan atau kondisi yang menghambat ibadah) dianggap sebagai penganiayaan diri sendiri, karena menjerumuskan diri pada kerugian abadi.
2. Pembuktian Keimanan Sejati (QS. Al-Anfal [8]: 74-75)
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang Muhajirin), mereka itulah orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia.” -74
“Dan orang-orang yang beriman setelah itu, kemudian berhijrah dan berjihad bersamamu maka mereka termasuk golonganmu. Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) menurut Kitab Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” -75
Ayat 74 menyebutkan muhajirin (orang yang berhijrah) dan ansar (penolong) sebagai “orang-orang yang benar-benar beriman” (mu’minuna haqqan).
Ayat 75 memberikan hak waris kepada mereka yang berhijrah dan berjihad.
Dalam periode awal Islam, Hijrah menjadi ujian dan barometer utama yang memisahkan keimanan sejati dari keimanan palsu. Berani meninggalkan harta dan tanah air demi agama adalah bukti ketulusan hati. Hijrah adalah pembuktian amal dari syahadat. Status Mu’minuna Haqqan (orang yang benar-benar beriman) tidak diberikan kepada mereka yang hanya mengaku beriman, tetapi kepada mereka yang membuktikannya melalui tindakan Hijrah dan Jihad.
3. Ditinggikan Derajat dan Meraih Kemenangan (QS. At-Taubah [9]: 20)
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan.”
Hijrah, ketika digabungkan dengan Jihad (perjuangan sungguh-sungguh), menghasilkan derajat tertinggi (a’zamu darajatan) di sisi Allah. Hijrah bukan hanya menghindari siksa, tetapi juga bertujuan mencapai puncak keberuntungan (fauz) dan ketinggian spiritual di sisi Tuhan.
✅ Manfaat dan Pahala Hijrah
- Dihapus Dosanya dan Diperbaiki Keadaannya (QS. Muhammad [47]: 2)
“Dan orang-orang yang beriman (kepada Al-Qur’an) dan beramal saleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad, dan itulah kebenaran dari Tuhan mereka, Allah menghapus kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka.”
Korelasi dengan Hijrah: Meskipun ayat ini berbicara tentang beriman dan beramal saleh (yang merupakan esensi dari Hijrah spiritual), manfaat ini secara spesifik diberikan kepada muhajirin. Hijrah adalah tindakan besar yang:
- Menghapus kesalahan (kaffara ‘anhu sayyi’atihi): Dosa-dosa masa lalu diampuni karena pertobatan yang tulus.
- Memperbaiki keadaan (aslaha balahum): Hidup mereka (dunia dan akhirat) menjadi lebih teratur, damai, dan diridai.
- Dikabulkan Doanya (QS. Ali ‘Imran [3]: 195)
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang terbunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah…”
Ayat ini adalah jawaban langsung Allah atas doa hamba-Nya (yang telah berhijrah). Allah memperkenankan doa mereka (orang yang berhijrah dan berjuang) dengan menjanjikan penghapusan dosa dan pahala abadi berupa Surga.
Implikasi: Komitmen melalui Hijrah (pengorbanan) memastikan bahwa doa-doa mereka didengar dan dikabulkan dengan balasan yang mulia.
Kesimpulan:
Hijrah adalah tindakan totalitas yang mengubah status seseorang dari potensi beriman menjadi Muslim (berserah diri). Ia adalah sumpah praktis yang menjamin pembebasan dari Jahanam, pembuktian iman, peningkatan derajat, penghapusan dosa, dan penerimaan doa.
Kita sudah URGENTSInya Hijrah, Alasan dan manfaatnya yang lua biasa khususnya nanti di akhirat, dan sekarang mari kita bahas juga konsekuensi kerugian abadi (penyesalan dan siksa) bagi mereka yang menolak seruan para penyampai risalah. Berikut adalah gambaran final dari ujian hidup, di mana penyesalan datang terlambat, dan mitos bahwa siksa itu sebentar dimentahkan oleh Al-Qur’an.
Berikut adalah uraian detail mengenai kerugian dan penyesalan bagi yang menolak Hijrah dan seruan rasul:
🛑 Konsekuensi Menolak Seruan rasul dan Hijrah
Bagi mereka yang memilih untuk tetap berada dalam kekafiran, kesesatan, dan menolak berhijrah (berpindah dari keburukan menuju ketaatan), nasib mereka adalah kerugian abadi.
A. Penyesalan yang Terlambat (Setelah Merasakan Siksaan Neraka)
Penyesalan di akhirat adalah penyesalan yang tidak mendatangkan manfaat sama sekali, karena waktu untuk beramal telah berakhir.
- Keinginan untuk Kembali ke Dunia (QS. Al-A’raf [7]: 53 dan QS. Ibrahim [14]: 44)
QS. 7:53 (Menanti Kebenaran di Buktikan):
“ Tidakkah mereka hanya menanti-nanti bukti kebenaran (Al-Qur`an) itu. Pada hari datangnya kebenaran itu, orang-orang yang melupakannya di masa yang lalu berkata: ‘Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami membawa kebenaran. Maka adakah bagi kami pemberi syafaat yang akan memberi syafaat bagi kami, atau dapatkah kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang pernah kami amalkan?’ Sesungguhnya mereka telah merugikan diri mereka sendiri dan telah hilang dari mereka apa yang selalu mereka ada-adakan.”
14:44 (Meminta Penundaan Siksa untuk mengikuti seruan rasul):
“Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: ‘Ya Tuhan kami, berilah tangguh kami (kembalikan kami) ke waktu yang dekat, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul.’ (Kepada mereka dikatakan): ‘Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?'”
Penyesalan terbesar adalah menyadari bahwa waktu untuk Hijrah (beramal) telah terbuang sia-sia. Mereka ingin kembali ke dunia untuk membuktikan keimanan yang dulu mereka tolak, tetapi permohonan tersebut ditolak.
- Berangan-angan bisa (kembali ke dunia untuk ) Beramal Saleh (QS. Ghafir [40]: 50)
“Setelah di Neraka, para penghuni ditanya oleh malaikat penjaga apakah para rasul sudah datang membawa bukti nyata. Orang kafir menjawab, “Benar, sudah datang.” Kemudian mereka berkata: “Maka berdoalah kamu (malaikat) untuk kami, agar Tuhan meringankan azab atas kami, walaupun sehari.”
Meskipun ayat 50 adalah permintaan doa dari malaikat, konteks ayat-ayat sebelumnya (40:47-49) menunjukkan dialog penyesalan, termasuk keinginan agar mereka seandainya dahulu (selama di dunia) beramal saleh (seperti yang terdapat pada QS. Al-A’raf 7:53).
Inti: Mereka menyesal karena tidak memanfaatkan kesempatan (saat masih dunia) untuk beramal saleh, yang merupakan tujuan dari seluruh risalah.
- Permintaan Amnesti atau Pengampunan (QS. Ghafir [40]: 49)
“Dan orang-orang yang berada dalam neraka berkata kepada penjaga-penjaga neraka Jahanam: ‘Mohonkanlah kepada Tuhanmu supaya Dia meringankan azab dari kami barang sehari.’“
Ini adalah puncak keputusasaan. Mereka meminta keringanan, walau hanya sehari, karena siksaan Neraka begitu dahsyat. Permintaan ini, yang merupakan bentuk permohonan pengampunan yang sangat terlambat, secara tegas ditolak dalam ayat-ayat selanjutnya.
- Tidak Mendapatkan Syafaat (QS. Maryam [19]: 87)
“Mereka tidak berhak mendapat syafaat kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah.”
Ayat ini secara jelas membatasi hak syafaat (pertolongan/perantaraan) hanya bagi mereka yang memiliki perjanjian (‘ahdan) dengan Allah. Perjanjian ini mencakup tauhid dan kesaksian (syahadat) yang dibuktikan dengan amal (termasuk Hijrah).
Mereka yang menolak seruan Rasulullah dan mati dalam keadaan kufur tidak akan mendapatkan pertolongan (syafa’at) dari siapa pun, termasuk dari Nabi Muhammad SAW (yang mana umatnya lah yang menjadi pelanjut estafeta syahadat).
B. Mitos “Siksa Sebentar di neraka” Dimentahkan Al Qur’an
Ungkapan bahwa siksa Neraka hanya sebentar adalah mitos yang digunakan oleh Bani Israil dan orang-orang kafir untuk membenarkan penolakan mereka. Al-Qur’an secara tegas membantah keyakinan ini.
- Kekalnya di Neraka (QS. Al-Baqarah [2]: 81)
“Bukanlah demikian, (yang benar ialah): barangsiapa berbuat kejahatan dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
Dosa-dosa besar (terutama syirik dan kekufuran) yang melingkupi (ahathat) diri seseorang tanpa tobat akan menyebabkan balasan kekal (khalidun) di Neraka. Konsep “cuma disiksa sebentar” adalah kebohongan yang bertentangan dengan janji Allah.
- Seburuk-buruk Mahluk (QS. Al-Bayyinah [98]: 6)
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.”
Ayat ini memberikan gelar paling rendah (seburuk-buruk makhluk – syarrul-bariyyah) kepada mereka yang kafir setelah datangnya bukti-bukti nyata, dan menegaskan kembali balasan kekal di Neraka Jahanam.
📢 Peringatan Akhir: Hidup Adalah Pilihan
Seluruh rangkaian penjelasan dari asal-usul penciptaan (QS. 76:1-2), pembekalan indra (QS. 32:9), pilihan moral (QS. 91:8), hingga kesia-siaan amal (QS. 18:104) dan janji akhirat (QS. 2:81), berujung pada satu kesimpulan:
Anda dibekali indra penglihatan, pendengaran, hati dan petunjuk yang sempurna, serta kesanggupan Anda untuk menghadapi siksa kubur, dahsyatnya Kiamat dan Neraka yang abadi, sekarang tergantung pada pilihan Anda saat ini. Hijrah adalah bukti pilihan tersebut.
Jadi Menyesalah, Sebelum terlambat..

