Ayat-ayat Al-Qur’an sering menggunakan perumpamaan dan tamsil (analogi) hewan untuk menggambarkan kondisi spiritual dan moral manusia yang memilih jalan kekufuran dan kesesatan. Perumpamaan ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang kuat mengenai derajat kerugian manusia yang tidak menggunakan akal dan indra pemberian Allah.
Berikut adalah julukan-julukan tersebut:
🐒 Inilah Perumpamaan Keadaan Manusia yang Gagal Bersyukur yang memilih Jalan Kefasikan
Julukan-julukan ini tidak berarti bahwa manusia benar-benar berubah wujud, melainkan menunjukkan kemerosotan martabat spiritual dan intelektual mereka.
2. Dijuluki Binatang Ternak (QS. Al-A’raf [7]: 179)
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (penglihatan), tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (pendengaran), tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
Ini adalah ayat yang paling lugas. Ayat ini secara langsung mengaitkan kegagalan menggunakan hati, pendengaran, dan penglihatan (modalitas dalam QS. 16:78) dengan label binatang ternak (al-an’am).
Makna Perumpamaan: Binatang ternak hidup hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar (makan, minum, reproduksi) tanpa memiliki kesadaran, akal, atau tanggung jawab moral. Manusia yang tidak menggunakan indra (pendengaran, penglihatan dan hati untuk memahami petunjuk Allah dan akhirat, hanya hidup untuk memenuhi syahwat duniawi, sehingga martabatnya setara dengan binatang ternak. Disebut “lebih sesat lagi”! Karena ternak tidak dibekali akal untuk memahami wahyu, sementara manusia diberi potensi untuk mendapatkan petunjuk, namun memilih untuk mengabaikannya.
2. Dijuluki Anjing yang Menjulur-julurkan Lidah (QS. Al-A’raf [7]: 176)
“Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami tinggikan (derajat)-nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada keduniaan dan menuruti hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing. Jika kamu menghalaunya, diulurkannya lidahnya; dan jika kamu membiarkannya, dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir.”
Ayat ini mengisahkan tentang seseorang (sering ditafsirkan sebagai Bal’am bin Ba’ura, seorang alim yang menyimpang) yang mengorbankan ilmu dan hidayahnya demi kepentingan duniawi dan menuruti hawa nafsu.
Makna Perumpamaan: Anjing yang menjulurkan lidah menunjukkan sifat ketamakan dan kerakusan yang terus-menerus, baik saat dihardik maupun dibiarkan. Manusia yang sudah diberi ilmu (ayat-ayat Allah) namun dikuasai hawa nafsu dan keserakahan, kondisinya tidak pernah puas dan selalu haus akan keduniaan, seperti anjing yang terengah-engah dan menjulurkan lidahnya.
3. Dijuluki Babi (QS. Al-Ma’idah [5]: 60)
“Katakanlah: “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk dari (orang-orang fasik) itu dari segi pembalasan di sisi Allah? Yaitu orang-orang yang dilaknati Allah dan dimurkai, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang-orang yang) menyembah thaghut.”
Ayat ini merujuk pada transformasi wujud yang pernah dialami oleh sebagian kaum dari Bani Israil (sebagaimana diceritakan juga dalam QS. 2:65) sebagai hukuman fisik atas pembangkangan dan pelanggaran syariat.
Makna Perumpamaan: Jika label kera sering dikaitkan dengan meniru tanpa akal atau kerusakan perbuatan, label babi secara umum dalam Islam dikaitkan dengan hawa nafsu dan kebersihan moral yang rendah (sangat jorok dan rakus). Dalam konteks yang lebih luas, julukan ini melambangkan hukuman spiritual bagi orang yang melanggar batas-batas suci Allah karena keengganan mereka untuk menyucikan jiwa.
4. Dijuluki Keledai (QS. Al-Jumu’ah [62]: 5)
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepada mereka Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa beban yang terdiri dari kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.”
Ayat ini ditujukan kepada orang-orang yang diberi Taurat yang telah diberi ilmu pengetahuan agama yang suci, tetapi gagal mengamalkannya atau gagal mengambil manfaat dari petunjuk tersebut.
Makna Perumpamaan: Keledai adalah hewan yang kuat membawa beban, namun tidak mengerti nilai dari beban yang dibawanya. Manusia yang memiliki kitab suci, menghafal, dan mempelajarinya, tetapi tidak memahami maknanya, tidak menghayati isinya, dan tidak mengamalkannya, maka ia seperti keledai yang membawa tumpukan kitab yang mahal tanpa merasakan manfaatnya sedikit pun. Hal ini menunjukkan kegagalan intelektual dan praktis dalam memanfaatkan petunjuk.
Dalam konteks nyata, jika ada orang yang dijuluki sebagai hewan, pasti marah. Ini melalui Ayat Al Qur’an Allah menjuluki nya dengan Binatang Ternak, Anjing, Kera , babi dan Keledai karena tak mau menggunakan penglihatan, pendengaran dan hatinya untuk mendapatkan petunjuk. Lanjutkan ke halaman berikutnya , untuk mendapatkan SOLUSInya…

