Memahami pesan dari Al Qur’an Surat Al ‘Asr

bismillah
makhsyar

“Demi masa”
Allah bersumpah dengan “al-‘ashr” (waktu), yang dapat dimaknai sebagai “masa”, “waktu secara umum” Sumpah ini menekankan betapa berharganya waktu karena nikmat yang diberikan tidak bisa kembali jika hilang.

Dengan melihat terjemah QS. Al ‘Ashr, kita dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Masa (Waktu Hidup): Adalah periode terbatas yang pasti ada awal (lahir) dan akhir (kematian), yang mana kematian adalah kepastian ($Q.S. 29:57).

Kondisi Dasar Manusia: Dalam pandangan Allah, semua manusia berpotensi berada dalam kondisi merugi (“tidak beruntung”), Apapun statusmu, jabatanmu, kedudukanmu, popularitasmu”, semua itu bisa berpotensi merugi. Jika masa hidup, tenaga, harta, pikiran, dan kesehatan tidak dimanfaatkan untuk mencari bekal akhirat dan terlena dengan kehidupan dunia dan kesenangan dunia yang semu/menipu/tidak kekal dan meniggalkan urusan yang berat yaitu Akhirat. Terfokus dengan kehidupan dunia sehingga lupa akan hari pembalasan, hari perhitungan amal manusia. (QS. QS. 59:18 QS. 21:1)

 

Pengecualian dari Kerugian:

Kerugian tidak berlaku bagi orang-orang yang memanfaatkan masa hidupnya untuk beriman kepada Allah dan beramal saleh.


Cara Menjaga Keimanan dan Amal Saleh:

Melalui empat pilar utama:

  1. Berkumpul dengan orang saleh.
  2. Menuntut ilmu agama (bermajelis).
  3. Membentuk komunitas yang saling menasihati dalam kebenaran (al-haq) dan kesabaran (as-sabr).
  4. Adanya pembimbing/panutan yang diikuti dalam kebenaran ($Q.S. 10:35).

 

Tujuan Hidup dan Pertanggungjawaban: Hidup manusia tidak dibiarkan begitu saja tanpa maksud dan tujuan atau hanya untuk main-main (Q.S. 75:36, QS. 23:115).

Setiap manusia akan mempertanggungjawabkan perjanjiannya dengan Allah (QS. 18:48-49).


Kesaksian Anggota Badan: Semua anggota badan (pendengaran, penglihatan, kulit) akan menjadi saksi atas semua perbuatan kita, ibarat “CCTV-nya Allah,” dan semuanya tercatat rapi (Q.S. 41:20-22).

 

💡 Sekarang pertanyaannya?:

1. Apakah kita mau sama-sama membentuk komunitas untuk saling menasehati/menjaga satu sama lain dalam kebenaran dan kesabaran…??


Ini adalah implementasi langsung dari Surah Al-‘Asr. Dalam konteks modern, inisiatif untuk membentuk komunitas seperti itu (sering disebut halaqah, majelis ilmu, atau komunitas dakwah) adalah cara yang sangat penting efektif untuk:

  • Saling Menguatkan (tawāṣaw bil-ḥaq): Memastikan kita tetap berada di jalur kebenaran (tauhid dan syariat) dan tidak tergelincir oleh godaan dunia.
  • Saling Mengingatkan dalam Kesabaran (tawāṣaw biṣ-ṣabr): Hidup di dunia penuh tantangan. Kesabaran diperlukan dalam menjalankan ketaatan, menjauhi maksiat, dan menghadapi musibah.

 

2. Apa pentingya kita membentuk komunitas?
Pentingnya. sangat-sangat fundamental :

  • Lingkungan Pendorong: Manusia adalah makhluk sosial. Lingkungan memiliki pengaruh besar. Komunitas orang saleh berfungsi sebagai “magnet” yang menarik dan mempertahankan kita dalam amal saleh, menjauhkan dari lingkungan yang merugi.
  • Pelaksanaan Syariat (Nasihat): Islam adalah agama nasihat. Komunitas adalah wadah praktis untuk menjalankan kewajiban saling menasihati yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadis.
  • Menghindari Kehancuran: Dalam Surah Al-‘Asr, komunitas ini adalah satu-satunya pengecualian dari kerugian total. Tanpa pilar ini, sulit untuk mempertahankan iman dan amal saleh secara individu di tengah arus deras godaan dan himpitan duniawi.

 

🤝 Tindak Lanjut
Silahkan klik Tombol Merah utk TAKE ACTION

 

NOTED:
Berikut adalah terjemahan dan keterangan ringkas masing-masing ayat:
QS. 18:48 :
Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. (Allah berfirman), “Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada pertama kali. Bahkan kamu menganggap bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu waktu (berbangkit untuk memenuhi) perjanjian.

Sepertinya ini ilustrasi detik-detik awal di Padang Mahsyar, di mana seluruh umat manusia dari awal hingga akhir zaman dikumpulkan.
1. “Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris (ṣaffan).”
⦁ Suasana yang menakutkan di hari kiamat. Semua makhluk, tanpa terkecuali, akan dihadapkan kepada Allah. Mereka berdiri dalam barisan (atau beberapa barisan) penuh ketundukan dan tidak ada yang tersembunyi.
⦁ Kesombongan, jabatan, dan kedudukan duniawi telah lenyap. Semua manusia sama di hadapan Sang Pencipta- Sang Rajanya Raja.
2. “(Allah berfirman), “Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada pertama kali.” (Ingat QS. 7:172)
⦁ Ini adalah penegasan ilahi terhadap kekuasaan-Nya untuk membangkitkan kembali manusia dari tiada (atau dari tanah), sama seperti penciptaan pertama.
⦁ Pernyataan ini ditujukan kepada orang-orang yang meragukan atau mengingkari adanya Hari Kebangkitan.
3. “Bahkan kamu menganggap bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu waktu (berbangkit untuk memenuhi) perjanjian.”
⦁ Ini adalah celaan (teguran) keras dari Allah kepada para pendusta dan orang-orang zalim di dunia. Mereka yang dahulu hidup dalam kelalaian dan merasa bahwa hidup hanya sebatas di dunia, serta yakin tidak akan ada Hari Pembalasan atau perjanjian yang harus mereka penuhi.
⦁ Tujuan utama ayat ini adalah membuktikan secara nyata bahwa janji (ancaman) Allah mengenai hari kebangkitan dan perhitungan adalah benar-benar terjadi, sekaligus membantah anggapan mereka saat di dunia.

QS. 18:49 :
Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, “Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya,” dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang jua pun.”


Ayat ini adalah inti dari pertanggungjawaban amal, di mana catatan perbuatan manusia dipaparkan.

1. “Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa (al-mujrimīn) merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya.”
⦁ Kitab amal ini adalah catatan yang dibuat oleh para malaikat (Raqib dan Atid) selama masa hidup manusia. Saat kitab itu dibentangkan, orang-orang yang bergelimang dosa (orang-orang yang merugi) akan diliputi rasa cemas dan ketakutan yang luar biasa.
⦁ Mengapa takut? Karena mereka tahu bahwa catatan tersebut adalah bukti tak terbantahkan atas semua perbuatan buruk yang pernah mereka lakukan di dunia.
2. “Dan mereka berkata, “Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya.
⦁ Ungkapan penyesalan ini menunjukkan keterkejutan mereka terhadap detail dan ketelitian catatan amal tersebut.
⦁ “Kecil dan yang besar”: Ini menguatkan pandangan Anda sebelumnya bahwa semua anggota badan adalah “CCTV-nya Allah.” Baik dosa yang dianggap sepele (seperti pandangan mata yang tidak terjaga) maupun dosa besar (seperti syirik atau pembunuhan) semuanya terekam sempurna. Tidak ada satu pun yang terlewatkan.
3. “Dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis).”
⦁ Pada hari itu, perbuatan buruk mereka tidak hanya tercatat, tetapi seolah-olah dihadirkan kembali secara nyata di hadapan mereka (ḥāḍiran). Ini membenarkan bahwa apa yang mereka kerjakan (perjanjian dan ketaatan/kemaksiatan) benar-benar menjadi bekal yang mereka bawa.
4. “Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang jua pun.
⦁ Ini adalah penutup yang menenangkan bagi orang yang beriman dan peringatan keras bagi yang ingkar.
⦁ Maknanya: Hukum dan balasan yang diberikan Allah adalah keadilan yang mutlak. Tidak ada seorang pun yang disiksa tanpa dosa, dan tidak ada satu pun kebaikan—sekecil apa pun—yang dikurangi atau diabaikan pahalanya. Semua balasan sesuai dengan apa yang tercatat dengan sempurna.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email
Telegram
Ingin mendapatkan Pahala Jariyah dengan berbagi? Silahkan share ke SOSMED Anda…