Dan Inilah Akibatnya

bismillah
m6

Nah akibat Fakta yang telah dijelaskan pada bahasan sebelumnya, maka inilah konsekuensi logis dari kegagalan manusia untuk mensucikan jiwa (Tazkiyatun Nafs) yang memilih jalan takwa, sebagaimana yang telah diuraikan dari QS. 91:9. Kegagalan ini, yang seringkali disebabkan oleh mengikuti hawa nafsu dan kesesatan, akan berujung pada balasan berupa kesia-siaan amal di akhirat.

Berikut adalah uraian mengenai balasan bagi mereka yang gagal dalam ujian spiritual:

🔥 Balasan bagi yang Gagal dalam Ujian Spiritual

  1. Ibadah atau Amal yang Sia-sia

Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa ibadah dan amal perbuatan yang tidak didasari keimanan yang benar dan keikhlasan akan menjadi sia-sia dan tidak mendatangkan manfaat di sisi Allah.

a. Shalat Kaum Musyrik Hanya Tepuk Tangan dan Siulan (QS. Al-Anfal [8]: 35)

835

“Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, tidak lain hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.”

 

Ayat ini menggambarkan ironi ibadah yang dilakukan oleh orang musyrik di sekitar Ka’bah. Meskipun mereka melakukan ritual di Baitullah , rumah suci, karena dasar ibadahnya bukan Tauhid yang murni, ibadah tersebut (yang seharusnya agung) direndahkan menjadi sekadar siulan dan tepukan tangan. Ibadah, tanpa disertai keimanan yang benar kepada Allah dan Rasul-Nya, tidak memiliki nilai apa-apa di mata Allah, bahkan layak dibalas dengan azab berupa Neraka Jahannam.

 

b. Kemusyrikan Menghapus Amalan (QS. At-Taubah [9]: 17)

917

“Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka.”

Ayat ini secara tegas menyatakan bahwa orang musyrik yang mengakui kekafiran mereka, pekerjaan mereka untuk memakmurkan masjid pun sia-sia (habithat a’maluhum). Hal ini adalah prinsip fundamental: bahwa Tauhid adalah syarat mutlak diterimanya amal. Kemusyrikan merusak dasar diterimanya amal saleh, menjadikannya tak bernilai di Hari Kiamat.

 

c. Orang yang menyangka Berbuat Baik Padahal Sesat (QS. Al-Kahfi [18]: 104)

18104

“Yaitu orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.”

 

Ayat ini menggambarkan kondisi orang-orang yang beramal dengan sungguh-sungguh dan penuh dedikasi (misalnya, dalam bidang sosial, moral, atau bahkan ritual keagamaan yang menyimpang), namun amal tersebut didasari oleh keyakinan yang keliru atau tidak sesuai dengan syariat yang benar. Niat dan kesungguhan tidak cukup tanpa adanya keimanan yang benar. Mereka berjuang dalam kegelapan, sehingga seluruh usaha mereka di dunia menjadi sia-sia (khasiran) di akhirat.

  1. Amal Perbuatannya Merugi atau Terhapus

Ayat-ayat ini menyajikan hasil akhir dan hukuman bagi amal yang sia-sia, yaitu kerugian dan penghapusan total nilai amal.

a. Paling Merugi Amalnya (QS. Al-Kahfi [18]: 103-105)

18103
18104
18105
  • (103) Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”
  • (104) Yaitu orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.
  • (105) Mereka itu adalah orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari Kiamat.

 

Ayat 103-105 memberikan definisi kerugian terbesar. Kerugian ini menimpa mereka yang:

    1. Kafir terhadap ayat-ayat Allah dan hari kebangkitan (hari perjumpaan dengan Allah).
    2. Merasa puas dengan amal duniawi mereka.

Sanksi: Konsekuensinya adalah hapusnya (habithat) semua amalan mereka, dan amal tersebut tidak akan dihitung nilainya (tidak diadakan suatu penilaian) di Hari Kiamat.

 

b. Kebatilan Menghapus Amalan (QS. Muhammad [47]: 28)

4728

“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan membenci keridaan-Nya. Sebab itu Allah menghapus (pahala) amal-amal mereka.”

Ayat ini menjelaskan akar penyebab dari penghapusan amal, yaitu pilihan hati yang salah. Mereka memilih untuk mengikuti hawa nafsu atau perbuatan yang jelas-jelas menimbulkan kemurkaan Allah, dan secara aktif membenci jalan yang mendatangkan keridaan-Nya.

Sanksi: Karena pilihan yang salah ini, Allah membalasnya dengan menghapus (ahbata) amal-amal yang pernah mereka lakukan di dunia, meskipun mungkin secara lahiriah terlihat baik.

Kesimpulan:

Ayat-ayat ini menjadi peringatan keras bahwa tujuan hidup (ujian) bukanlah sekadar beramal banyak, melainkan memastikan dasar amal (keimanan) dan arah amal (sesuai petunjuk) adalah benar.

Kegagalan untuk mensucikan jiwa (QS. 91:9) dan menolak petunjuk akan menyebabkan seluruh usaha dan ibadah manusia di dunia, betapapun besar atau tampak baiknya, menjadi kerugian total (khasiran) di hadapan Allah karena Tauhid dan penerimaan kebenaran adalah prasyarat utama.

Lanjutkan membaca agar tahu solusinya….

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email
Telegram
Ingin mendapatkan Pahala Jariyah dengan berbagi? Silahkan share ke SOSMED Anda…