Sebelum Lahir Ke Dunia, Peristiwa dalam Rahim

bismillah
m2

Perjalanan Eksistensi manusia pertama kali adalah keberadannya di dalam Rahim.

Dalam QS. Al-Insan (76) Ayat 2 dan 3 dari Surah Al-Insan (Manusia) menjelaskan tentang asal-usul penciptaan manusia dan tujuan utama keberadaannya nanti di dunia.

  1. QS. 76:2 (Asal-Usul dan Tujuan Ujian)
762

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.”

Bagian Ayat

Penjelasan (Tafsir Ringkas)

menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur

Ini merujuk pada proses penciptaan biologis manusia dari nutfah amsyaj (setetes mani yang bercampur). Para mufasir umumnya menafsirkan amsyaj sebagai campuran air mani pria dan wanita, atau tahap perkembangan embrio awal yang kompleks dan bertahap.

m21 embrio

| | yang Kami hendak mengujinya | Inilah tujuan utama penciptaan manusia di dunia: untuk menjalani ujian (taklif) berupa perintah (kewajiban) dan larangan (pantangan).

Hidup adalah arena ujian keimanan dan ketaatan. | | karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat | Allah melengkapi manusia dengan kemampuan dasar akal melalui indra pendengaran dan penglihatan. Indera ini adalah modal penting agar manusia dapat memahami perintah dan larangan, membedakan al-haq (kebenaran) dan al-batil (kebatilan), serta menjalankan ujian dengan penuh kesadaran. |

2. QS. 76:3 (Petunjuk dan Konsekuensi)

763

“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.”

Bagian Ayat

Penjelasan (Tafsir Ringkas)

Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus

Ini menegaskan bahwa Allah telah memberikan hidayah al-Bayan (petunjuk penjelasan) kepada setiap manusia, melalui akal, fitrah, dan pengutusan para Nabi/Rasul (wahyu). Manusia diberikan pilihan dan kebebasan berkehendak (free will).

ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir

Ini adalah konsekuensi dari adanya petunjuk dan kebebasan memilih. Setelah ditunjukkan jalan (kebenaran dan kebatilan), manusia terbagi menjadi dua kelompok: Syakir (orang yang bersyukur, yakni orang yang taat dan beriman) dan Kafur (orang yang kufur, yakni orang yang ingkar dan menolak kebenaran).

 

Inti Ayat 2-3: Allah menciptakan manusia secara sempurna dari materi sederhana dengan tujuan diuji. Ia dibekali akal (pendengaran dan penglihatan) serta telah ditunjukkan mana jalan kebaikan dan keburukan, sehingga hasil akhirnya tergantung pada pilihan bebas manusia itu sendiri, apakah ia akan memilih bersyukur (taat) atau kafir (ingkar).

Disisi lain, yaitu disamping manusia disiapkan jasmaninya berupa wujud badan yang sempurna, Allah juga persiapkan ruhnya dengan sebuah seremonial pengambilan persaksian. Yang termaktub dalam QS. Al-A’raf (7) Ayat 172

Ayat ini memberikan landasan teologis yang mendalam mengenai fitrah manusia dan kesaksian primordial yang menjadi dasar petunjuk.

Terjemah: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami lengah terhadap ini.”

Penjelasan (Mītsāq/Perjanjian Primordial):

Ayat ini dikenal sebagai Ayat Mītsāq atau Perjanjian Primordial (Alastu biRabbikum).

  1. Perjanjian: Sebelum manusia dilahirkan ke dunia, roh-roh anak cucu Adam telah dikumpulkan dan dihadapkan pada pertanyaan Allah: Bukankah Aku ini Tuhanmu?”
  2. Kesaksian: Semua roh menjawab: Betul, kami bersaksi.”

Ayat ini menjelaskan bahwa fitrah tauhid (mengenal Allah sebagai Tuhan) telah tertanam secara inheren dalam diri manusia.

Korelasi dengan QS. 76:3:

Adapun korelasi antara ayat 76:3 dan 7:172 adalah:

  • QS. 7:172 menjelaskan bahwa manusia secara fitrah telah mengakui ke-Tuhanan Allah, yang merupakan dasar dari jalan yang lurus.
  • QS. 76:3 menjelaskan bahwa setelah diberikan petunjuk melalui wahyu dan indra di dunia (untuk menggenapi fitrah tersebut), manusia harus memilih antara memenuhi janji primordial itu dengan menjadi syakir (bersyukur/beriman) atau mengingkarinya dengan menjadi kafir (ingkar).

Kedua ayat ini menegaskan bahwa tidak ada alasan bagi manusia untuk mengingkari kebenaran di Hari Kiamat, karena mereka telah dibekali fitrah (7:172), akal/indera (76:2), dan petunjuk (76:3).

Tentu. Berikut adalah penjelasan mengenai kelanjutan dari ayat sebelumnya, yaitu Q.S. Al-A’raf (7) ayat 173.

Selanjutnya pada ayat QS. Al-A’raf (7) Ayat 173 yang merupakan lanjutan langsung dari Ayat 172 (Perjanjian Primordial), menjelaskan mengapa Allah mengambil kesaksian dari roh manusia dan menyingkirkan alasan-alasan manusia jika nanti sudah di Hari Kiamat.

Terjemah

Terjemah Q.S. Al-A’raf (7): 173:

“Atau agar kamu tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya nenek moyang kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami adalah anak-anak keturunan yang (datang) setelah mereka. Maka, apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?'”

 

Penjelasan (Menghapus Alasan Turun-Temurun)

Tersurat jelas bahwa Ayat 173 menyingkirkan alasan kedua yang mungkin diajukan manusia di Hari Kiamat untuk membenarkan akan kemaksiatan atau kekufuran mereka didunia:

  1. Menolak Alasan Keturunan: Manusia tidak bisa berdalih bahwa mereka menjadi musyrik atau sesat hanya karena mengikuti nenek moyangnya yang juga sudah sesat terlebih dahulu.
  2. Tanggung Jawab Individu: Dengan adanya Mītsāq (Perjanjian Primordial) (disebutkan dalam Ayat 172), setiap individu telah bersaksi bahwa Allah adalah Tuhannya. Pengakuan ini menjadikan setiap jiwa bertanggung jawab secara mandiri atas pilihannya setelah dilahirkan.
  3. Keadilan Ilahi: Allah tidak akan membinasakan suatu kaum yang datang belakangan hanya karena dosa yang dilakukan oleh nenek moyang mereka. Pembinasaan (atau siksa) hanya terjadi jika keturunan tersebut secara sadar memilih untuk melanjutkan kesesatan nenek moyang mereka, meskipun telah menerima peringatan dan petunjuk.

 

Bagaimana korelasi antara QS. 7 : 173 dan QS. 7:172)

Ayat 172 dan 173 saling melengkapi untuk menegaskan Keadilan dan Hujjah (Bukti) Allah:

Ayat

Fungsi

Implikasi bagi Manusia

QS. 7:172

Menetapkan bukti internal (fitrah) melalui Perjanjian Primordial.

Manusia tidak bisa mengklaim ‘Kami tidak tahu’ atau ‘Kami lengah’ karena fitrah tauhid sudah ditanamkan.

QS. 7:173

Menghapuskan bukti eksternal (lingkungan/keturunan).

Manusia tidak bisa mengklaim ‘Kami hanya ikut nenek moyang’ karena setiap jiwa memiliki tanggung jawab individual.

 

Kesimpulannya, kedua ayat ini mengajarkan prinsip fundamental dalam Islam: setiap manusia memiliki fitrah tauhid dan akal untuk memilih, sehingga tidak ada dalih yang dapat diterima di hadapan Allah atas kekafiran atau perbuatan sesat, baik alasan kelupaan maupun alasan keterpaksaan mengikuti tradisi.

kami akan melanjutkan uraian dari rangkaian ayat tentang penciptaan manusia, ujian, dan bukti kebenaran (QS. 76:2-3 dan QS. 7:172-173) dengan menjelaskan QS. Al-A’raf (7) ayat 174.nya

Ayat ini berfungsi sebagai kesimpulan dan penegasan tujuan dari segala penjelasan dan bukti (ayat-ayat) yang telah Allah sampaikan, termasuk kisah Perjanjian Primordial pada ayat sebelumnya.

Terjemah

Terjemah Q.S. Al-A’raf (7): 174:

“Dan demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu, agar mereka kembali (kepada kebenaran).”

Penjelasan (Tujuan Penjelasan Ayat)

Ayat 174 ini mengandung dua poin utama:

  1. “Dan demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu”

Kata “demikianlah” (كَذَٰلِكَ) merujuk kembali pada cara Allah memberikan hujjah (bukti) dan mengeliminasi alasan-alasan manusia, yaitu:

  • Penciptaan manusia yang sempurna (QS. 76:2).
  • Pemberian indra (penglihatan dan pendengaran)  dan petunjuk jalan yang lurus (QS. 76:2-3).
  • Pengambilan Perjanjian Primordial (QS. 7:172) untuk menanamkan fitrah tauhid.
  • Penghapusan alasan mengikuti kesesatan nenek moyang (QS. 7:173).

Semua kisah, perintah, larangan, dan bukti keesaan-Nya yang termuat dalam Al-Qur’an dan alam semesta disebut sebagai ayat-ayat (keterangan-keterangan) yang dijelaskan secara terperinci (نُفَصِّلُ) dan jelas.

  1. “agar mereka kembali (kepada kebenaran)”

Ini adalah tujuan akhir dari semua proses pengujian, penjelasan, dan peringatan Ilahi. Kata “kembali” (يَرْجِعُونَ) mengandung makna:

  • Kembali kepada Fitrah: Yaitu kembali kepada kondisi fitrah yang suci, di mana jiwa telah bersaksi bahwa Allah adalah Tuhan mereka (Mītsāq pada 7:172).
  • Kembali kepada Petunjuk: Meninggalkan kesesatan, kekufuran, atau kesyirikan, lalu kembali menempuh jalan yang lurus (Islam) yang telah ditunjukkan kepada mereka (QS. 76:3).
  • Tobat: Kembali dari perbuatan maksiat dan dosa menuju ketaatan dan keimanan.

Dengan kata lain, Allah telah menyediakan semua sarana agar manusia dapat memilih jalan kebenaran (tauhid), dan tujuan dari semua penjelasan-Nya adalah agar manusia menggunakan akal dan hati nurani mereka untuk kembali kepada-Nya.

 

 

Jika di tarik benang lurus, rangkaian ayat 76:2-3 dan 7:172-174 membentuk narasi yang utuh tentang eksistensi manusia:

Ayat

Topik

Fungsi Kunci

QS. 76:2

Asal dan Ujian

Manusia diciptakan untuk diuji dan dibekali potensi berupa indera.

QS. 76:3

Pilihan Jalan

Manusia ditunjukkan jalan kebenaran dan memiliki kebebasan memilih (syukur atau kufur).

QS. 7:172

Bukti Internal

Manusia telah mengakui Allah sebagai Tuhan melalui Perjanjian Primordial (Fitrah).

QS. 7:173

Bukti Eksternal

Allah menghapus alasan yang bersandar pada kesesatan nenek moyang (Alasan keturunan).

QS. 7:174

Tujuan Akhir

Semua penjelasan ini diberikan agar manusia kembali kepada kebenaran, setelah segala alasan terbantahkan.

Ayat 174 menutup diskusi ini dengan menegaskan bahwa keadilan Allah telah terpenuhi, dan bola ada di tangan manusia (Anda) untuk membuat pilihan yang benar.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email
Telegram
Ingin mendapatkan Pahala Jariyah dengan berbagi? Silahkan share ke SOSMED Anda…