Setelah kita menjadi paham bahwa dalam kehidupan ini ada yang kurang atau salah karena tidak sesuai SOP, bahwa ketika hidup dunia ternyata butuh Supervisi tidak sak karepe dhewe, semau gue. Silahkan lihat kembali ilustrasinya di bab pertama. Jika sudah paham, kita pelan pelan akan pelajari SOLUSI dari permasalahan yang kita hadapai di bab-bab sebelumnya. Sehingga tercapailah impian yang sering kita ucapkan dalam bentuk do’a, Kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebagai solusinya adalah kita turut mengambil peranan dalam Estafeta Syahadat dan Peran Rasul-rasul (Pewaris Risalah).
Baiklah kita pelajari pelan-pelan ya:
🔑 Solusi: Estafeta Syahadat dan Peran Risalah
A. Manifestasi Estafeta Syahadat dan Keberuntungan Sejati
Setelah melihat fakta bahwa amal orang yang kafir menjadi sia-sia (QS. 18:104-105) dan julukan yang merendahkan (QS. 7:179), solusi dan jalan keselamatan kembali ditegaskan:
- Ikutilah Agama Ibrahim yang lurus sehingga kamu disebut MUSLIM, dimana Rasul (SAW) menjadi saksi atas KAMU, dan KAMU menjadi saksi bagi segenap manusia (QS. Al-Hajj [22]: 78)
“…dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu, dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia (di Hari Kiamat). Maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”
Inti Estafeta Syahadat: Ayat ini menetapkan tugas kesaksian (syahadah) yang berantai berkelanjutan (estafeta): Nabi Muhammad SAW (Rasul) menjadi saksi atas umatnya (bahwa Beliau telah menyampaikan risalah dengan sempurna). Selanjutnya Umat Islam (yang menjadi Muslim karenanya) menjadi saksi atas segenap manusia lainnya (bahwa risalah ini telah diteruskan dan ditunjukkan kepada mereka). Beruntunglah bagi mereka yang Muslim dan berada dalam rantai risalah Tauhid Nabi Ibrahim, dalam penegakan nubuwah di bumi. Dikuatkan lagi dengan QS. 2:143)
- Umat Pertengahan (Penyaksi) (QS. Al-Baqarah [2]: 143)
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu umat pertengahan (wasathan) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu…”
Ayat ini memperkuat fungsi kesaksian (syahadah) dan menetapkan umat Islam sebagai ummatan wasathan (umat yang adil dan terbaik). Status ini dijamin hanya jika mereka memenuhi fungsi kesaksian yang diturunkan dari Rasulullah SAW.
- MUSLIM = Menyerahkan diri…. (QS. Ali ‘Imran [3]: 52 dan MUSLIM = Memeluk Islam (QS. Al-An’am [6]: 125)
- Menyerahkan Diri (kepada Sistem Islam) (QS. 3:52):
“…Berkata Hawariyyun: “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri (Muslimun).” Keberuntungan adalah berserah diri.
- Memeluk (Membuka Dada) Islam (QS. 6:125):
“Barang siapa yang Allah kehendaki akan memberinya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” Keberuntungan adalah terbukanya hati menerima Islam.
- Doa dan Harapan setelah menjadi Muslim (QS. 3:53):
“Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang Engkau turunkan dan kami telah mengikuti Rasul, karena itu tetapkanlah kami bersama golongan orang yang memberikan kesaksian.“
- Tugas ‘Rasul-rasul’ (Pewaris Risalah/Da’i/Murabbi) Pasca-Nabi SAW
Meskipun Nabi Muhammad SAW adalah Rasul terakhir (Khatamun Nabiyyin), tugas-tugas inti kenabian (membacakan ayat, mensucikan jiwa, mengajar) dilanjutkan oleh para pewaris atau pelanjut misi risalah (yang mengemban tugas estafeta syahadat).
- Membacakan Ayat-ayat Allah (QS. Ali ‘Imran [3]: 164 & QS. Al-Baqarah [2]: 151)
(QS. 3:164):
“Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah, padahal sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.“
(QS. 2:151):
“Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur`an) dan Hikmah (Sunah), serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.
Tugas Inti: Tugas ini menjadi pola dasar yang harus diulang oleh pewaris risalah: membacakan (menyampaikan informasi), mensucikan (dari Syirik), dan mengajarkan (memberi pemahaman).
- Mensucikan Jiwa dari Syirik (QS. Ar-Ra’d [13]: 30)
“Demikianlah, Kami telah mengutusmu pada suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumnya, supaya kamu membacakan kepada mereka (Al-Qur’an) yang Kami wahyukan kepadamu, padahal mereka kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah…”
Fokus: Meskipun konteks langsungnya adalah Nabi Muhammad SAW, inti dari pembacaan risalah ini adalah mengajak manusia kembali kepada Tauhid dan menjauhi syirik, yang merupakan inti dari penyucian jiwa (Tazkiyah) agar amal tidak sia-sia (QS. 9:17).
- Mengajarkan Al-Kitab dan Hikmah (Pilar Kedua Pendidikan)
Sebagaimana termuat dalam QS. 3:164 dan 2:151, mengajarkan Al-Kitab (hukum dan perintah) dan Hikmah (pemahaman mendalam atau sunnah) adalah peran mendasar seorang pembimbing (Rasul/pewaris risalah).
- Tujuan Pengutusan/pembimbingan/supervisi : Menyingkap dengan jelas antara orang berdosa dan orang saleh (QS. Al-An’am [6]: 55)
“Dan Demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Qur`an, (agar terlihat jelas jalan orang-orang yang saleh) dan agar terlihat jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa.”
Peran Supervisi (Klarifikasi Status): Inilah titik di mana peran pewaris risalah. Risalah berfungsi sebagai alat pembeda (furqan). Melalui penyampaian ayat-ayat, batas antara Orang Saleh (yang bersyukur, beruntung) dan Orang Berdosa (yang kafir, merugi) menjadi jelas (tastabīna).
Urgensi Supervisi: Seperti yang dijelaskan, risalah (dalam bentuk dakwah dan bimbingan) membantu memvalidasi status individu. Manusia tidak bisa lagi bersembunyi di balik alasan buta (QS. 7:173), karena petunjuk telah disampaikan oleh pewaris atau pembawa misi risalah.
- Kesesuaian Rasul dengan Obyek Dakwah (QS. Al-Isra [17]: 94-95)
“Jika yang tinggal di bumi itu adalah malaikat, niscaya Allah akan mengutus malaikat pula sebagai Rasul. Karena yang tinggal di bumi adalah manusia, maka Rasul yang diutus adalah dari golongan manusia sendiri.”
Implikasi: Rasul diutus dari golongan manusia agar:
– Manusia tidak memiliki alasan (karena Rasul memiliki kebutuhan dan sifat yang sama).
– Rasul dapat menjadi teladan hidup (uswah hasanah) yang dapat diterapkan dan diikuti oleh manusia secara praktis.
Ciri-Ciri para rasul / pelanjut misi risalah:
Ciri Utama | Sumber Ayat | Nilai yang Harus Dimiliki |
Tidak Minta Upah | QS. 11:29, 51; QS. 12:104; QS. 6:90 | Ikhlas (Ketulusan Mutlak) |
Dinyinyiri/Diejek | QS. 23:24; QS. 52:30; QS. 37:36; QS. 15:11 | Shabr (Kesabaran dan Ketahanan Mental) |
Didustai | QS. 3:184 | Tsabat (Keteguhan dalam Menyampaikan Kebenaran) |
Kesimpulan:
Solusi dari kerugian kekufuran adalah memasuki Estafeta Syahadat yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW. Dengan menjadi Muslim, individu menerima supervisi spiritual dari pewaris risalah yang membacakan ayat, membersihkan jiwa, dan mengajarkan hikmah, sehingga status mereka sebagai orang saleh menjadi jelas dan terhindar dari kesia-siaan amal sebagai orang berdosa.
Lanjutkan ke halaman selanjutnya untuk memahami, akibat menerima seruan rasul dan yang menolaknya.

